TUCoGUAlTSz7GSroTUrlBSAlGA==

Dinilai Tidak Mampu Mengurus Sekolah, Pihak Yayasan Trisula Perwari Minta Kepsek untuk Mundur


 Yayasan Trisula Perwari Cabang Bukittinggi. 


BUKITTINGGI - Salah satu sekolah legendaris di Kota Bukittinggi yakni SD Perwari yang bernaung di bawah Yayasan Trisula Perwari cabang Bukittinggi yang berlokasi di jalan Syech Ibrahim Musa no 44 A, Kelurahan Aua Tajungkang Tangah Sawah (ATTS), Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. 

Jika dilihat secara fisik, kondisi bangunannya saat ini juga sudah tidak sekokoh dulu lagi, di sana - sini terlihat banyak struktur bangunan yang tidak terpelihara dengan baik. Halaman sekolah juga sudah kurang terawat, karena terlihat sudah ditumbuhi oleh rumput liar. Tak hanya itu, jumlah siswa nya setiap tahun juga semakin berkurang. 

Sebagai tempat sarana proses belajar mengajar, SD Trisula Perwari saat ini bisa diibaratkan hidup segan matipun tidak mau. Jika tidak segera dibenahi, SD Perwari hanya akan tinggal cerita bagi warga Kota Bukittinggi. Sekolah Dasar Perwari yang telah meluluskan ribuan siswa sejak awal berdirinya ini memang membutuhkan perhatian khusus oleh berbagai kalangan.

Terkait persoalan ini, pihak Yayasan Trisula Perwari melalui Ketua Yayasan, Darnis (84) meminta Kepala Sekolah SD Perwari untuk mundur dari jabatannya. Karena menurutnya, SD Perwari butuh penyegaran. Selain itu, kepala sekolah dinilai sudah terlalu lama menjabat sebagai kepala sekolah, dan dia juga dinilai tidak mampu mempertanggungjawabkan laporan administrasi dan keuangan kepada pihak yayasan, tukasnya.

Darnis yang didampingi pengurus lainnya, mengatakan, Kepala Sekolah Evawani Syofia sudah menjabat sebagai Kepala SD Perwari sejak 2008 lalu. Sedangkan terhitung menjadi guru di sekolah itu sejak tahun 1995 silam, ungkapnya.


Namun sangat disayangkan, laporan pertanggung jawaban keuangan dan administrasi sekolah tidak transparan terhadap yayasan. Pihak Yayasan Trisula Perwari tidak pernah menerima laporan pertanggungjawaban keuangan dan administrasi dari pihak sekolah, terangnya.

"Apabila kepala sekolah tidak bersedia mundur dengan legowo, maka persoalan pertanggungan jawaban sebagai kepala sekolah selama ini akan berujung ke persoalan hukum," ucap Darnis.

Terpisah, Evawani Syofia saat diminta tanggapannya terkait persoalan pengelolaan sekolah yang ditanganinya, juga mempertanyakan pihak yayasan, dengan alasan apa dirinya ingin diganti oleh pihak yayasan.

"Atas dasar apa mengganti saya, sejak sekolah SD Perwari ini saya kelola, perjalanannya juga sudah memprihatinkan dengan jumlah siswa kelas VI saat ini, hanya 20 orang saja. Begitu juga lokal lainnya, tidak mencukupi untuk biaya operasional sekolah, bahkan dirinya mengaku juga sering nombok utang ke sana kemari, untuk biaya kelangsungan operasional sekolah ini," tuturnya.

Untuk  menambah biaya operasional sekolah, kami mengandalkan meminta bantuan kepada para donatur. Terakhir, kami meminta bantuan kepada Walikota Bukittinggi saat itu yakni bapak Ismet Amziz, ulasnya. Namun sekarang ini, tidak ada lagi bantuan dari pemerintah, lanjut Evawani.

Teranyar, menurut Evawani siswa kelas 1dan 2 saat ini tidak ada siswa, sementara untuk kelas 3 siswa nya juga bisa dihitung dengan jari, untuk kelas 4, 5, dan 6 juga dengan jumlah siswa yang tidak memenuhi kuota lokal belajar, ucapnya.

Untuk ujian akhir sekolah tahun lalu, menurut Evawani siswa kelas 6, cuma diikuti oleh 20 orang peserta. Ketika mereka harus melunasi administrasi biaya uang sekolah, para orang tua juga masih tak sanggup membayarnya. Kebanyakan wali siswa juga berjanji dan meminta untuk penangguhan pembayaran, sambungnya.

"Nanti, jika memang ada pengganti saya, saya yakin kepala sekolah baru juga tidak akan sanggup mengelola dengan kondisi sekolah yang sudah terpuruk seperti seperti saat ini," ucap Evawani Syofia.(**)

Type above and press Enter to search.