TUCoGUAlTSz7GSroTUrlBSAlGA==

Semangat dalam Keterbatasan, UDP dan Gerkatin Eksis Perjuangkan Kaum Disabilitas Tuna Rungu Bukittinggi


Pengurus Gerkatin dan Umbrella Disability Project saat menggelar pertemuan dengan Kepala Dinas Sosial Kota Bukittinggi, Linda Feroza beberapa waktu lalu. 


BUKITTINGGI - Untuk mendukung program kemanusiaan dan program pemerintah bagi kaum disabilitas, berbagai perkumpulan dan organisasi telah dibentuk baik secara pribadi maupun kelembagaan yang telah diakui keberadaannya oleh pemerintah. Di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat ada satu organisasi khusus penyandang disabilitas tuna rungu yang eksis melaksanakan berbagai kegiatan, yakni Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) dan satu Komunitas bernama Umbrella Disability Project (UDP). 

Kedua organisasi yang beranggotakan penyandang disabilitas tuna rungu ini terbentuk dengan memperjuangkan pemenuhan hak anggota agar memperoleh kesamaan dan kesempatan  dalam seluruh aspek kehidupan dan penghidupan.

Untuk kepengurusan Gerkatin Bukittinggi, saat ini ada sekitar 24 orang anggota Gerkatin yang aktif, sementara di Komunitas Umbrella Disability Project sendiri ada 30 orang anggotanya yang aktif. 

Hal itu dikatakan Ketua DPC Gerkatin Bukittinggi, Ifradi didampingi Ketua Bidang Humas Gerkatin, Robert Nino, Jumat 22 Oktober 2021.


"Tidak dipungkiri belum seluruh pihak dapat menerima keberadaan kaum disabilitas termasuk para penyandang tuna rungu. Hal ini terbukti dengan masih minimnya kesempatan kerja di sektor formal dan informal yang tersedia bagi mereka," ujar Robert.

Selama ini ada asumsi memberikan pekerjaan terhadap tuna rungu hanya bersifat belas kasihan. Padahal, mereka kaum disabilitas tuna rungu juga potensial dan bisa profesional di bidang mereka masing- masing. Minimnya penerimaan masyarakat ini juga berdampak bagi perkembangan mental penyandang disabilitas. Mereka jadi cenderung menutup diri dan enggan untuk mengungkapkan keberadaan mereka di tengah lingkungan masyarakat, ungkap Robert.

Padahal sebagai sesama manusia, sudah kewajiban bagi kita semua untuk mendukung seluruh aktifitas mereka, walaupun mereka terlahir sebagai penyandang disabilitas tuna rungu, tambahnya.

Penyebab penyandang disabilitas tidak mau membuka diri tentu bisa kita carikan solusinya, terutama dengan kepedulian. Secara komunitas, Robert Nino yang juga Founder Umbrella Disability Project dan telah aktif selama lebih kurang 5 tahun ini, mengakui rutin melakukan kegiatan sosial bersama penyandang Tuna Rungu di kota Bukiittinggi. 

Kita telah melakukan berbagai hal, salah satunya adalah pembinaan secara intens untuk anggota disabilitas tuna rungu yang mempunyai prestasi di bidang olahraga, ungkapnya. 

Robert juga memaparkan, saat ini ada 3 orang binaan kita di komunitas Umbrella Disability Project yang terkirim untuk mengikuti kegiatan event olahraga Peparnas XVI Papua yang akan diselenggarakan bulan November 2021 mendatang di Papua. Mereka itu adalah, dua orang atlet Bulutangkis yakni Asrafi Abrar, Debbie serta seorang atlet Atletik bernama Neldi, jelas Robert. 

Robert Nino juga berharap Pemko Bukittinggi melalui Dinas Sosial memberikan dukungan penuh dan perhatian khusus untuk mensuport kaum disabilitas khususnya tuna rungu ini. Diantara berbagai dukungan itu seperti programu untuk meningkatkan kualitas SDM mereka. Seperti adanya pelatihan keterampilan dan kecakapan. Sehingga, penyandang disabilitas tuna rungu nantinya memiliki modal untuk dapat mandiri serta mampu meningkatkan ekonomi keluarga, jelasnya.

Dasar nya tentu sesuai dengan amanat UU No 8 tahun 2016, tentang Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh, dan Perda Bukittinggi No 10 tahun 2019 tentang Disabilitas, pungkasnya.(jtr)



Type above and press Enter to search.