Top Social Icons

Mahasiswa Pascasarjana ISI akan Adakan Festival "Main Kota: Tradisi dalam Beton"

Selasa, 10 Juni 2025 : Selasa, Juni 10, 2025


PADANG PANJANG, GoSumatera -- Diera gempuran digitalisasi dan ritme kehidupan urban yang semakin canggih, mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang Angkatan 2024 menggagas sebuah ruang alternatif untuk merayakan kembali nilai-nilai kebersamaan, budaya, dan kemanusiaan lewat festival bertajuk "Main Kota: Tradisi dalam Beton".

Festival ini akan diselenggarakan pada 19 Juni 2025 di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) Padang Panjang dengan mengusung tema "Bermain Kembali, Menemukan Kemanusiaan dalam Kehidupan Urban" dan dirancang secara artistik sebagai kampung bermain kontemporer.

Koordinator Desain dan Publikasi Festival, Sarmarita Rahmadhani kepada Kominfo, Selasa (10/6/2925) mengatakan, permainan tradisional bukan hanya hiburan masa kecil, tapi juga alat pendidikan sosial dan emosional yang sangat kuat. 

"Diera ketika anak-anak lebih akrab dengan gawai daripada tanah lapang, kami ingin menghadirkan ruang untuk bermain kembali secara nyata, fisik dan bermakna," ujarnya.

Kegiatan ini menghadirkan beragam permainan tradisional seperti bakiak, cakbur, engklek, lompat tali, enggrang dan tarompa sayak. Selain bernostalgia, juga menjadi ruang interaktif lintas usia yang menghubungkan kembali masyarakat dengan budayanya di tengah kota yang serba digital dan instan.

Salah satu daya tarik utama festival ini adalah keterlibatan siswa-siswi sekolah dasar sebagai peserta utama lomba. Sekaligus upaya untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya lokal pada generasi muda. 

Kegiatan ini juga terbuka luas untuk masyarakat umum, komunitas seni, dan pemerhati budaya. Tidak hanya diisi oleh perlombaan permainan tradisional, pengunjung juga akan disuguhkan pertunjukan seni, musik akustik, instalasi interaktif seperti "Dinding Pesan Masa Kecil", dan eksperimen sosial uang mengajak pengunjung bermain secara spontan.

Ketua Pelaksana, Bayu Trisya mengatakan, pemilihan PDIKM sebagai lokasi pun bukan tanpa alasan. Tempat ini dipandang sebagai titik temu antara nilai sejarah budaya Minangkabau dan dinamika modernisasi kota.  (mg/dini)
Share this Article