
Jakarta, GoSumatera - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Profesor Dwikorita Karnawati menyarankan agar rancangan gedung di Jakarta tahan terhadap gempa megathrust. Hal itu lantaran Jakarta merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak jika bencana tersebut terjadi.
"Sebetulnya yang dikhawatirkan (dari gempa megathrust) adalah kota-kota yang tanahnya lunak misalnya Jakarta," ujar Dwikorita yang akrab disapa Rita saat berbincang dengan Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 23 April 2025.
Prof Rita menjelaskan kota dengan tanah lunak memicu perambatan gelombang gempa yang sangat kuat. Hal tersebut karena struktur tanah lunak tidak mampu meredam gelombang gempa, walaupun pusat gempanya berada ratusan kilometer dari wilayah
tersebut.
"Kondisi ini terjadi di beberapa negara seperti di Meksiko. Begitu juga di Jakarta dan Bangkok. Di kota-kota ini guncangannya akan menguat meskipun jaraknya ratusan kilometer," kata dia.
Sebelumnya, BMKG memperingatkan masyarakat terkait potensi terjadinya gempa megathrust di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Selat Sunda yang diprediksi berkekuatan 8,7 magnitudo, dan Mentawai-Siberut yang berpotensi 8,9 magnitudo.
Gempa maha dahsyat itu diprediksi menimbulkan tsunami hingga ketinggian 20 meter. Belum lagi getaran yang ditimbulkan dapat menghancurkan bangunan yang bahkan berjarak ratusan kilometer dari pusat gempa.
Prof Rita membandingkan kondisi tanah lunak Jakarta dengan Sukabumi, khususnya di wilayah Pelabuhan Ratu, yang cukup dekat dengan wilayah yang diprediksi menjadi titik gempa megathrust. Menurut Alumni Engineering Geology, Leeds University Inggris tersebut, wilayah Pelabuhan Ratu bertekstur tanah padat, sehingga guncangan gempa tidak akan sebesar Jakarta.
“Jadi perambatan gelombang gempa kalau menembus benda yang keras atau padat akan diredam. Begitu (gelombang) melewati tanah lunak, guncang lagi,” kata Prof Rita.
Prof. Rita lantas meminta Kementerian PU (Pekerjaan Umum) dan Pemerintah Provinsi Jakarta agar melakukan pengawasan ketat terhadap rancangan gedung di Jakarta. Jangan sampai bangunan tinggi yang sudah terbangun tidak memiliki ketahanan terhadap gempa berkekuatan besar.
"Perlu adanya inspeksi meyakinkan bangunan-bangunan hunian yang towernya tinggi-tinggi itu, dipastikan sudah siap untuk menghadapi guncangan yang kuat," ucapnya.
Prof Rita: Kalau Jakarta Sampai Tenggelam Wallahu A'lam
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati merespons banjir rob yang kerap menjadi persoalan besar di Jakarta saat ini. Menurut Dwikorita bahwa banjir rob bisa diatasi dengan green environmental atau penghijauan lingkungan untuk menopang proyek Giant Sea Wall atau
tembok laut raksasa yang terus dibangun di Jakarta.
"Menurut hemat kami, solusi yang tepat itu kembali ke hijau. Mungkin dikombinasi dengan giant sea wall, insyaallah akan lebih efektif. Kembalikan ke hijau, mangrove, hutan lindung, itu sepertinya penting sekali," ujar Rita kepada Eddy Wijaya.
Akademisi kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1964 itu menjelaskan, laju kenaikan ketinggian permukaan laut di Indonesia rata-rata mencapai 4,3 milimeter per tahun. Kondisi ini memperparah wilayah Jakarta karena dibarengi subsidence atau penurunan muka tanah mencapai 6 sampai 7 centimeter per tahun.
"Kalau (Jakarta) sampai tenggelam wallahu a'lam ya. Kalau tanahnya turun, iya," ucap Prof.
Rita menanggapi pertanyaan Eddy Wijaya soal prediksi Jakarta tenggelam dari mantan Presiden Amerika Joe Biden. Pada Juli 2021, mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pidatonya sempat menyinggung soal banjir rob yang bisa menenggelamkan Jakarta. Bahkan Biden memprediksi Jakarta akan tenggelam 10 tahun ke depan atau sekitar 2031 mendatang.(**)
Share this Article