TUCoGUAlTSz7GSroTUrlBSAlGA==

Otak itu Seperti Otot, Jika Nggak Dipakai akan Melemah

Otak itu Seperti Otot, Jika Nggak Dipakai akan Melemah.(dok, fb)


ARTIKEL, GoSumatera.com - Kamu tahu kenapa banyak orang merasa makin tua makin “pelupa” atau susah berpikir jernih? Masalahnya bukan di usia, tapi di kebiasaan. Otak manusia sama seperti otot: kalau tidak dipakai, ia melemah. 

Dalam penelitian dari Harvard Medical School, aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, dan memecahkan masalah terbukti memperkuat koneksi antar neuron di otak. Sebaliknya, hidup pasif secara mental—terlalu sering menerima tanpa berpikir—perlahan membuat kemampuan berpikir kritis menurun drastis, seperti dilansir dari logikafilsuf.

Kita sering terjebak dalam pola hidup yang membuat otak malas. Menonton konten cepat, menelan opini tanpa analisis, hingga bergantung pada teknologi untuk berpikir. Akibatnya, otak kehilangan kebiasaan reflektifnya: kemampuan untuk berhenti, menimbang, dan memahami. Sama seperti tubuh yang kehilangan kekuatan kalau tidak pernah bergerak, otak pun kehilangan ketajamannya kalau tidak diajak berpikir mendalam.

1. Otak butuh latihan seperti tubuh butuh olahraga

Tubuhmu melemah kalau jarang digunakan, begitu juga otak. Setiap kali kamu berpikir kritis, membaca sesuatu yang menantang, atau berdialog dengan gagasan baru, otak membangun jalur sinapsis baru. Itulah yang disebut neuroplasticity—kemampuan otak untuk beradaptasi dan tumbuh lewat latihan mental.

Contohnya, seseorang yang rutin menulis refleksi setiap malam cenderung lebih tajam menganalisis peristiwa di sekitarnya. Aktivitas sederhana itu menstimulasi otak bagian prefrontal cortex, area yang bertanggung jawab atas logika dan pengambilan keputusan. Di Logika Filsuf, kami sering membahas bagaimana kebiasaan berpikir yang dilatih setiap hari mampu membentuk daya pikir yang tahan banting, sama seperti otot yang kuat karena konsisten diolah.

2. Konsumsi pasif melemahkan otak aktif

Otak tidak dirancang untuk sekadar menerima. Ia tumbuh ketika ada tantangan, ketika kamu harus berpikir keras memahami makna di balik sesuatu. Tapi hari ini, banyak orang lebih memilih konten cepat yang instan. Scroll, tertawa, lanjut lagi. Akibatnya, otak jarang dipaksa untuk mencerna, menghubungkan, dan menilai.

Contoh sederhana, membaca satu artikel reflektif selama lima menit bisa lebih bermanfaat bagi otak dibanding menonton tiga puluh video pendek tanpa arah. Otak berkembang lewat depth of processing, bukan jumlah informasi. Ketika kamu belajar merenungkan isi bacaan, otak bekerja lebih dalam, membangun struktur pemahaman yang lebih kuat.

3. Tantangan kognitif adalah “beban” yang membuat otak kuat

Sama seperti angkat beban membangun otot, berpikir mendalam melatih otak untuk tahan terhadap kompleksitas. Saat kamu membaca teks yang sulit, berdiskusi dengan orang yang berbeda pandangan, atau belajar hal baru yang menantang, otak sedang membentuk koneksi yang lebih efisien.

Namun banyak orang justru menghindari kesulitan intelektual karena terasa melelahkan. Padahal, sensasi “pusing” saat belajar hal baru adalah tanda otak sedang tumbuh. Mereka yang terbiasa menghadapi tantangan kognitif lebih tahan terhadap stres mental dan lebih cepat beradaptasi saat dihadapkan pada situasi sulit.

4. Otak malas berpikir karena terlalu dimanjakan teknologi

Kini, setiap pertanyaan bisa dijawab oleh mesin dalam hitungan detik. Akibatnya, manusia makin jarang berpikir sendiri. Kita tidak lagi mengingat, hanya tahu cara mencari. Padahal, proses berpikir itu sendiri adalah bentuk latihan mental.

Contoh kecil, seseorang yang menuliskan ulang apa yang dipelajarinya dengan bahasanya sendiri akan mengingat lebih lama dibanding yang sekadar membaca di layar. Karena otak aktif ketika harus menstrukturkan ulang informasi. Jadi, gunakan teknologi untuk memperdalam pemahaman, bukan menggantikan kerja berpikir.

5. Rasa malas berpikir sering tersamar sebagai “sibuk

Banyak orang berkata mereka tidak punya waktu untuk membaca atau merenung. Padahal, masalahnya bukan pada waktu, tapi pada kebiasaan. Otak lebih suka hal yang memberi kepuasan instan daripada refleksi mendalam. Inilah yang membuat banyak orang tampak aktif tapi sebenarnya pasif secara intelektual.

Misalnya, seseorang bisa bekerja delapan jam tanpa henti, tapi tak pernah menyisihkan lima belas menit untuk berpikir tentang apa yang ia kerjakan dan kenapa. Kebiasaan seperti ini membuat otak kehilangan arah. Fokus pada aktivitas tanpa makna justru menguras energi tanpa memperkuat kapasitas berpikir.

6. Pikiran yang jarang digunakan jadi tumpul terhadap makna

Ketika otak jarang diajak merenung, ia kehilangan kepekaan terhadap hal-hal penting. Orang jadi mudah reaktif, mudah marah, tapi sulit memahami akar masalahnya. Rasa ingin tahu pun menurun karena otak terbiasa disuapi jawaban, bukan mencari.

Contohnya tampak dalam perdebatan di media sosial. Banyak orang cepat berkomentar, tapi sedikit yang benar-benar memahami konteks. Otak yang terbiasa berpikir dangkal akan mencari sensasi, bukan kebenaran. Dan di sinilah latihan berpikir mendalam menjadi penting—agar kita tidak hanya tahu, tapi juga paham.

7. Otak yang terus berpikir akan terus muda

Dalam studi jangka panjang yang dilakukan di Rush University, ditemukan bahwa orang yang rutin melatih otaknya dengan membaca, menulis, dan belajar hal baru memiliki risiko lebih rendah terkena penurunan fungsi kognitif di usia tua. Artinya, berpikir bukan cuma membuatmu cerdas, tapi juga menjaga otak tetap hidup.

Maka, jika kamu ingin otakmu tetap tajam, tantanglah dirimu setiap hari untuk berpikir sedikit lebih dalam dari biasanya. Renungkan, tulis, diskusikan. Dan jika kamu ingin memahami bagaimana cara berpikir yang benar-benar membangun otot otak, konten eksklusif di Logika Filsuf sering membedah hal ini secara ilmiah namun sederhana.

Otakmu tidak akan tumbuh karena waktu, tapi karena latihan. Jadi, mulai hari ini, berhentilah membiarkan otak beristirahat terlalu lama. Gunakan dia, latih dia, dan lihat bagaimana hidupmu ikut berubah karena ketajaman berpikirmu.

Kalau kamu setuju bahwa otak yang aktif adalah otak yang hidup, tulis pendapatmu di kolom komentar dan bagikan tulisan ini agar lebih banyak orang sadar pentingnya berpikir setiap hari.(**)

Komentar0

Type above and press Enter to search.